Friday, September 3, 2010

aku mencintaimu dalam diam



Dear Hunny,

Hari ini cerah meskipun matahari tersembunyi di balik gumpalan-gumpalan awan yang memenuhi hampir seluruh langit. Angin mengantarkan rasa hangat dan menyentuh kulit dengan lembut. Bumi yang semakin gersang, angin makin sulit berbisik. Dahulu ia bisa menyampaikan salam sepasang kekasih yang terpisah jarak lewat bisikannya dengan dedaunan. Namun kini ia hanya bisa berdansa dengan debu dan udara panas.
Biarlah Hunny, biarlah angin yang menyapaku saat ini tak mampu pergi ke tempatmu. Biarlah ia menolak membawakan pesan. Cukuplah bagiku alam dengan menyediakan segala yang kita butuhkan untuk tetap hidup dan berharap. Matahari pun masih melaksanakan tugasnya hingga cahayanya membantu dedaunan tetap hidup, menumbuhkan pohon-pohon yang tersisa di tanah subur. Darinya pula kita dapatkan kertas untuk mencurahkan kata-kata yang kutulis saat ini (kuharap mereka menanam pohon lain untuk menggantikannya).

Hunny,
Apakah kamu bahagia hari ini? Dengan kecukupan udara untuk membuatmu bernapas, dengan kesempurnaan fisik yang kamu miliki, dengan kehadiran orang-orang yang menyayangimu tanpa pamrih, dengan lindungan Tuhan yang menjaga langkahmu setiap waktu. Apakah kamu bahagia? Aku tahu kamu bahagia karena kebahagiaan sebenarnya begitu sederhana.

Hunny, sedang dimanakah kamu saat ini?
Apakah kamu tenggelam di balik kaca gedung tinggi di belantara ibukota? Apakah besi dan baja yang terangkai dalam mesin-mesin canggih tengah menjadi pusat perhatianmu? Ataukah pasir pantai yang lembut tengah menggoda ujung-ujung kakimu yang telanjang? Ataukah rimbun dedaunan dan binatang hutan sedang menyanyikan lagu-lagu peri di sekitarmu?
Seringkali aku memejamkan mata, berusaha menjangkaumu dalam pikiranku. Sungguh, aku ingin percaya bahwa pikiran adalah sebuah gelombang magis yang bergerak dalam frekuensi tertentu. Dan, berharap kamu memiliki frekuensi yang sama hingga gelombang pikiran kita bertemu di semesta. Tak peduli belahan bumi manapun kamu berada, aku bisa memanggilmu.

Ah, Hunny…
Kisahku memang hanya mengulang jutaan kisah cinta yang terjadi di dunia yang telah begitu renta ini. Aku menyadari perasaanku justru setelah kita berpisah. Dongeng klasik. Namun, tetap saja membingungkan setiap tokoh cerita yang mengalaminya. Oh, alangkah sederhanyanya hidup, hanya mengulang sejarah dari masa ke masa, tetapi alangkah rumitnya manusia, hanya untuk mengekspresikan kasih sayang saja harus melalui banyak tahap dalam pemikiran. Terkadang, mereka menyiksa diri dengan diam dan menyerah, bertanya-tanya dimanakah keberanian akan ditemukan?
Sering juga aku menyangsikan bahwa gelombang perasaan yang menderaku ini adalah cinta. Benarkah aku masih mencintaimu? Setelah semua yang kau lakukan padaku. Setelah kau tusukkan jarum pada hatiku. Aku terbangun di suatu pagi dan diselimuti perasaan aneh, bahwa aku ingin memilikimu lagi. Dengan alasan yan tidak kumengerti.
Semua kenangan bersamamu menjadi sangat berharga. Setitik kecil tulisan, sepetak gambar foto, sepotong demi sepotong ingatan tentang kata-kata yang pernah kamu ucapkan, senyum yang pernah kamu berikan, bahkan ejekan dan godaanmu kukumpulkan kembali. Semakin jelas kenangan itu terbentuk, semakin aku sadar bahwa aku sangat merindukanmu. Dan ketika memori itu tiba-tiba menyeruak ke permukaan, aku seolah-olah terbangun dan tersentak: aku membutuhkan seseorang seperti kamu dalam hidupku, tolong kemabalilah kepadaku.

Hunny,
Aku bahagia dengan semua yang kumiliki hingga saat ini. Aku bahagia menjalani pilihan demi pilihan yang kubuat. Aku tak meminta waktu diputar ulang agar bisa bersamamu lebih lama.
Aku lebih suka waktu mengalir apa adanya. Terkadang ia seperti berlari begitu cepat. Namun saat memikirkanmu waktu seolah-olah lambat dan enggan beranjak hingga sepi terasa mendera lebih lama. Tapi, di satu titik waktu, takdir akan berbicara tentang kita, memberi tahu keputusan yang telah dibuat-NYA jauh sebelum kita dilahirkan. Apakah aku terbuat dari tulang rusukmu? Jika tidak, apakah perjumpaan kita akan membawa berkah yang lebih bermakna?

Hunny,
Kesabaran adalah jawaban terbaik yang bisa dimiliki setiap makhluk bernama manusia. Di suatu tempat dalam hati, aku masih meyakini dunia masih cukup sempit untuk mempertemukan kita kembali. Entah apa yang akan terjadi saat itu. Aku mungkin serasa bermimpi dan tak ingin bangun. Aku mungkin tak sanggup menatap matamu dan menahan segala rasa yang tersimpan begitu lama. Dan, kamu mungkin akan memandangku dengan senyum jenaka seperti dahulu, seolah-olah jarak dan waktu tak pernah memisahkan pertemanan yang pernah ada.

Jika Tuhan mengizinkan, apapun bisa terjadi bukan?

Entahlah... entahlah....

Aku hanya ingin kamu tahu. Dalam diamku, aku berdoa kuasa-NYA akan membuatmu datang mengetuk pintuku dan mengatakan kamu pun membutuhkanku dalam hidupmu....


Mida Sutrani 

No comments:

Post a Comment

 
astariyeah Blogger Template by Ipietoon Blogger Template